Selasa, 13 Oktober 2015

cara mudah menghafalkan rukun wudhu :D



RUKUN WUDHU
(Nada : I’ Tirab)
Rukun wudhu ada enam semuanya
Yang pertama niat di dalam hatinya
Yang kedua membasuh muka hingga rata
Yang ketiga membasuh tangan dan sikutnya
Mengusap sebagian kepalanya
Lima membasuh kaki hingga mata kakinya
Yang keenam tertib atau berurutan
Itu semua rukun wudhu wahai teman




BATAL WUDHU

Sebab sebab batal wudhu itu ada empat macam
Pertama ada yang keluar dari qubul atau dubur
Yang kedua Hilang akal sebab gila atau pingsan
Sebab mabuk atau tidur (2x)
Yang ketiga bersentuhan kulit laki dan perempuan
Yang dewasa dan bukan mukhrim (2x)
Yang keempat menyentuhnya qubul dubur sesamanya
Telapak tangan dan jarinya tanpa ada penghalangnya






Syarat - syarat Sahnya Shalat

(Nada : Sholawat – Wali)
Itu ada delapan macam
1.     Beragama Islam
2.    Baligh dan berakal
3.    Suci dari hadas
4.    Suci seluruh badan
Tempat dan juga pakaian
5.    Menutup aurat
6.    Sudah masuk waktu
7.    Menghadap ke kibklat
8.    Mengetahuinya mana rukun dan sunahnya


RUKUN SHALAT

(Lagu : Sidnan Nabi)
Rukun shalat itu ada tiga belas
1.     Niat
2.    Takbiratul Ikhram
3.    Berdiri bagi orang yang kuasa
4.    Membaca Surat Al-Fatihah
5.    Rukuk
6.    I’tidal
7.    Sujud
8.    Duduk diantar dua sujud
9.    Duduk Tasyahud Akhir - Tasyahud Akhir
10.  Membaca bacaan Tasyahud Akhir
11.  Membaca Sholawat pada Tasyahud Akhir
12.  Membaca Salam yang pertama
13.  Tertib rukun semuanya (2X)

 



BATAL SHALAT

{Nada : Sholawat }

Sebab sebab batalnya shalat
1.     Hadas
2.    Kena najis
3.    Berkata yang bermakna ; Satu huruf yang disengaja
4.    Terbuka auratnya
5.    Berubah dalam niatnya
6.    Makan atau minum ; Walau sedikit adanya
7.    Bergerak turut-turut ; Tiga kali paling sedikit
8.    Berpaling dari kiblat ; Dadanya atau badannya
9.    Menambah rukunnya ; Yang berupa perbuatan
10.  Tertawa
11.  Murtad
12.  Mendahului Imamnya (3x)
Dua rukun Fi’liyyah nya (2x)



Air Suci dan Mensucikan

(Nada : Sholawat )
Itu ada tujuh macam
1.     Air Hujan
2.    Air Sumur
3.    Air Laut
4.    Air Sungai
5.    Air Salju atau Air Es
6.    Air Telaga atau Mata Air
7.    Air Embun yang terakhir
Yang suci dan mensucikan



hubungan ontologi ilmu pendidikan





Ontologi Ilmu Pendidikan
 
 



Sebagai Tugas Landasan Ilmu Pendidikan





Oleh        : Rita Risdayanti
Prodi       : Pendidikan Matematika
Fakultas  : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


BAB 1
PENDAHULUAN

Dalam makalah ini akan membahas tentang filsafat pendidikan, yang di titik beratkan pada aspek ontologi, yang menjadi salah satu landasan filosofis dalam memahami lebih jauh mengenai ruang lingkup pendidikan.
Terkait dengan hal di atas, maka bahasan tentang filsafat pendidikan, tidak bisa kita pisahkan dengan sejarah filsafat. Seperti kita ketahui filsafat mempunyai andil yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, segala ilmu pengetahuan lahir dari rahim filsafat. Bisa dikatakan bahwa filsafat adalah induk segala ilmu pengetahuan. Pada fase awalnya filsafat hanya melahirkan dua ilmu pengetahuan, yakni ilmu alam (Natural Philosophy) dan ilmu sosial (Moral Philosophy) maka dewasa ini terdapat lebih dari 650 cabang keilmuan (Suriasumantri, 2005:92). Hal ini, menurut Ibnu Khaldun disebabkan oleh berkembangnya kebudayaan dan peradaban manusia.
Selanjutnya, secara garis besar, objek penyelidikan filsafat adalah segala yang ada dan yang mungkin ada, tidak terbatas. Inilah yang disebut objek material filsafat. Menurut Suriasumantri (2005:35), Setiap pembahasan tentang gejala atau objek sesuatu ilmu pengetahuan, paling sedikit kita akan mempertanyakan 3 hal, pertama, apa hakikat gejala/objek itu (landasan ontologis). Kedua, bagaimana cara mendapatkan atau penggarapan gejala/objek itu (landasan epistemologis). Ketiga, apa manfaat gejala/objek itu (landasan aksiologis).


BAB 2
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Ontologi
            Istilah ontology berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata, yaitu ta onta berarti “yang berada”, dan logi berarti ilmu pengetahuan atau ajaran. Maka ontologi adalah ilmu pengetahuan atau ajaran tentang keberadaan.
            Namun pada dasarnya term ontology pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M. untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis. Dalam perkembanganya Cristian Wolff membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika umum dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontology.
            Bidang pembicaraan teori hakikat luas sekali, segala yang ada yang mungkin ada, yang boleh juga mencakup pengetahuan dan nilai (yang dicarinya ialah hakikat pengetahuan dan hakikat nilai). Nama lain untuk teori hakikat ialah teori tentang keadaan. Hakikat ialah realitas, realiltas ialah kerealan, real artinya kenyataan yang sebenarnya, jadi hakikat adalah kenyataan yang sebenarnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukan keadaan sementara atau keadaan yang menipu, bukan keadaan yang meberubah.
            Ontology menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan cara yang berbeda dimana entitas (wujud)  dari kategori-kategori yang logis yang berlainan (objek-objek fisik, hal universal, abstraksi) dapat dikatakan ada dalam rangka tradisional. ontology dianggap sebagai teori mengenai prinsip-prinsip umum dari hal ada, sedangkan dalam hal pemakaianya akhir-akhir ini ontology dipandang sebagai teori mengenai apa yang ada.
            Ontology sering diindetikan dengan metafisika yang juga disebut proto-filsafia atau filsafat yang pertama, atau filsafat ketuhanan yang bahasanya adalah hakikat sesuatu, keesaan, persekutuan, sebab akibat, realita, atau Tuhan dengan segala sifatnya. Dengan demikian, metafisika umum atau ontology adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip paling dasar atau dalam dari segala sesuatu yang ada.
            Para ahli memberikan pendapatnya tentang realita itu sendiri, diantaranya Bramel. Ia mengatakan bahwa ontology ialah interpretasi tentang suatu realita dapat bervariasi, misalnya apakah bentuk dari suatu meja, pasti setiap orang berbeda-beda pendapat mengenai bentuknya, tetapi jika ditanyakan bahannya pastilah meja itu substansi dengan kualitas materi, inilah yang dimaksud dari setiap orang bahwa suatu meja itu suatu realita yang kongkrit. Plato mengatakan jika berada di dua dunia yang kita lihat dan kita hayati dengan kelima panca indra kita nampaknya cukup nyata atau real.
            Adapun mengenai objek kajian ontology ialah yang ada, yaitu ada individu, ada umum, ada terbatas, ada tidak terbatas, ada universal, ada mutlak, termasuk kosmologi dan metafisika dan ada sesudah kematian maupun sumber segala yang ada. Objek formal ontology adalah hakikat seluruh realitas, bagi pendekatan kualitif, realitas tranpil dalam kuantitas atau jumlah, telaahnya menjadi telaah monism, paralerisme atau plurarisme.

B.      Hubungan Ontologi dengan Filsafat Pendidikan
            Telah kita ketahui bersama bahwasanya ontology ialah suatu kajian keilmuan yang berpusat pada pembahasan tentang hakikat. Ketika ontology dikaitkan dengan filsafat pendidikan, maka akan munculah suatu hubungan mengenai ontology filsafat pendidikan.
            Pendidikan adalah suatu kegiatan yang sadar akan tujuan. Disini bermakna bahwa adanya pendidikan bermaksud untuk mencapai tujuan, maka dengan ini tujuan menjadi hal penting dalam penyelengaraan pendidikan. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan dapat membawa anak menuju kepada kedewasaan, dewasa baik dari segi jasmani maupun rohani. Dengan mengetahui makna pendidikan maka makna Ontologi dalam pendidikan itu sendiri merupakan analisis tentang objek materi dari ilmu pengetahuan. Berisi mengenai hal-hal yang bersifat empiris serta mempelajari mengenai apa yang ingin diketahui manusia dan objek apa yang diteliti ilmu. Dasar ontologi pendidikan adalah objek materi pendidikan dimana sisi yang mengatur seluruh kegiatan kependidikan. Jadi hubungan ontologi dengan pendidikan menempati posisi landasan yang terdasar dari fondasi ilmu dimana disitulah teletak undang-undang dasarnya dunia ilmu.
            Di atas telah disebutkan bahwa Pendidikan ditinjau dari sisi ontology berarti persoalan tentang hakikat keberadaan pendidikan. Fakta menunjukkan bahwa pendidikan selalu berada dalam hubungannya dengan eksistensi kehidupan manusia. Tanpa pendidikan, manusia tidak mungkin bisa menjalankan tugas dan kewajibannya di dalam kehidupan, pendidikan secara khusus difungsikan untuk menumbuh kembangkan segala potensi kodrat (bawaan) yang ada dalam diri manusia. Oleh sebab itu, dapat dipahami bahwa ontology pendidikan berarti pendidikan dalam hubungannya dengan asal-mula, eksistensi, dan tujuan kehidupan manusia. Tanpa manusia, pendidikan tak pernah ada.

C.      Penerapan Ontologi Filsafat Pendidikan Menurut Beberapa Aliran

1.      Pandangan Ontologi Progressivisme
Asal hereby atau asal keduniawian, adanya kehidupan realita yang amat luas tidak terbatas, sebab kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atau segala sesuatu,pengalaman manusia tentang penderitaan, kesedihan, kegembiraan, keindahan dan lain-lain adalah realita manusia hidup sampai mati. Pengalaman adalah suatu sumber evolusi maju setapak demi setapak mulai dari yang mudah-mudah menerobos kepada yang sulit-sulit (Proses perkembangan yang lama). Pengalaman adalah perjuangan sebab hidup adalah tindakan dan perubahan-perubahan. Manusia akan tetap hidup berkembang jika ia mampu mengatasi perjuangan , perubahan dan berani bertindak.
Aplikasi pandangan ini terhadap pendidikan adalah pada saat proses pembelajaran agar anak dapat memahami apa yang dipelajari, mereka harus mengalami secara langsung. Untuk mendapatkan pengalaman secara langsung anak dapat diajak untuk melakukan berbagai kegiatan misalnya, eksperimen, pengamatan, diskusi kelompok, observasi, wawancara, bermain peran dan lain-lain.


2.      Pandangan Ontologi Essensialisme
Essensialisme adalah pendiddikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban manusia. Essensialisme memandang bahwa pendidikan berpijak pada nilai-nilai yang memilikki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kesetabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Sifat yang menonjol dari ontologi esensialisme adalah suatu konsep bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur isinya dengan tiada ada pula. Pendapat ini berarti bahwa bagaimana bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita manusia haruslah disesuaikan dengan tata alam yang ada. Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan akhirat. Isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan kehendak manusia. Kurikulum sekolah bagi esenisalisme semacam miniatur dunia yang bisa dijadikan sebagai ukuran kenyataan, kebenaran dan keagungan.
Aplikasinya dalam setiap kegiatan belajar mengajar guru diselipkan nilai-nilai keagamaan antara lain saat sebelum dan sesudah pelajaran berlangsung dilakukan berdo’a bersama menurut agama dan kepercayaan masing-masing.

3.      Pandangan Ontologi Perennialisme
Perennialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan sekarang. Perennialisme memberikan sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktek bagi kebudayaan dan pendidikan jaman sekarang.
Di zaman kehidupan modern ini banyak menimbulkan krisis diberbagai bidang kehidupan manusia, terutama dalam bidang pendidikan. Untuk mengembalikan keadaan krisis ini, maka perenialisme memberikan jalan keluar yaitu berupa kembali kepada kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal dan teruji ketangguhannya. Untuk itulah pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya kepada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh.
Ontologi perennialisme menyatakan segala yang ada di alam ini terdiri dari materi dan bentuk atau badan dan jiwa yang disebut dengan substansi, bila dihubungkan dengan manusia maka manusia itu adalah potensialitas yang didalam hidupnya tidak jarang dikuasai oleh sifat eksistensi keduniaan tidak jarang pula dimilikkinya akal, perasaan dan kemauannya semua ini dapat diatasi. Maka dengan suasana ini manusia dapat bergerak menuju tujuan (teologis) dalam hal ini untuk mendekatkan diri pada supernatural (tuhan) yang merupakan pencipta manusia itu sendiri dan merupakan tujuan akhir.

4.      Pandangan Ontologi Rekontruksionisme
Dengan ontologi, dapat diterangkan bagaimana hakikat dari segala sesuatu. Aliran rekonstruksionalisme memandang bahwa realita itu bersifat universal, yang mana realita itu ada dimana dan sama di setiap tempat. Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa. Karenanya pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat akan membina kembali manusia melalui pendidikan yang tepat atas nilai dan norma yang benar pula demi generasi sekarang dan generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.
Kaitan aliran ini dengan pendidikan adalah pendidikan itu tidak diselenggrakan secara terpusat melainkan secara universal. Mengingat situasi dan kondisi disetiap tempat berbeda-beda. Di sini setiap sekolah berhak menentukan indicator sesuai dengan situasi, lingkungan, serta kebutuhan peserta didik
Kewajiban pendidik melalui latar belakang ontologis ialah membina daya pikir yang tinggi dan kritis. Implikasi pandangn ontologi di dalam pendiddikan ialah bahwa pengalaman manusia yang harus memperkaya kepribadian bukanlah hanya alam raya dan isinya dalam arti sebagai pengalaman sehari-hari, melainkan sesuatu yang tak terbatas. 


BAB 3
KESIMPULAN

1)      Ontology adalah suatu ilmu pengetahuan yang membahas mengenai hakikat dari sesuatu yang ada, dimana hakikat disini ialah kenyataan yang sebenarnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukan keadaan sementara atau keadaan yang menipu, bukan keadaan yang meberubah.
2)      Hubungan antara ontology dan filsafat pendidikan yaitu dimana ontology menempati posisi landasan yang terdasar dari fondasi ilmu. Sebagai nilai filosofis dari ilmu itu sendiri, sehingga pendidikan memiliki memiliki pandangan yang jelas untuk menciptakan manusia yang sesungguhnya.
3)      Penerapan ontology filsafat pendidikan diantaranya yaitu:
a.      Ontologi Progressivisme
Aplikasi pandangan ini terhadap pendidikan adalah pada saat proses pembelajaran agar anak dapat memahami apa yang dipelajari, mereka harus mengalami secara langsung.
b.      Ontologi Essensialisme
Aplikasinya dalam setiap kegiatan belajar mengajar guru diselipkan nilai-nilai keagamaan antara lain saat sebelum dan sesudah pelajaran berlangsung dilakukan berdo’a bersama menurut agama dan kepercayaan masing-masing.
c.       Ontologi Perenialisme
Perennialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan sekarang. Perennialisme memberikan sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktek bagi kebudayaan dan pendidikan jaman sekarang.
d.      Ontologi Rekontruksionisme
Implikasi pandangn ontologi di dalam pendiddikan ialah bahwa pengalaman manusia yang harus memperkaya kepribadian bukanlah hanya alam raya dan isinya dalam arti sebagai pengalaman sehari-hari, melainkan sesuatu yang tak terbatas.  


BAB 4
DAFTAR PUSTAKA


1.      Abdullah Idi, Jalaluddin. 1997. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama.
2.      Susanto. A. 2001. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara.
3.      Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara.
4.      Tafsir, Ahmad. 2003. Filsafat Umum. Bandung: Remaja Rosdakarya.