Sebagai Tugas Landasan Ilmu Pendidikan
Oleh : Rita Risdayanti
Prodi : Pendidikan Matematika
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam makalah ini akan membahas tentang filsafat
pendidikan, yang di titik beratkan pada aspek ontologi, yang menjadi salah satu
landasan filosofis dalam memahami lebih jauh mengenai ruang lingkup pendidikan.
Terkait dengan hal di atas, maka bahasan
tentang filsafat pendidikan, tidak bisa kita pisahkan dengan sejarah filsafat.
Seperti kita ketahui filsafat mempunyai andil yang sangat besar terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan, segala ilmu pengetahuan lahir dari rahim
filsafat. Bisa dikatakan bahwa filsafat adalah induk segala ilmu pengetahuan. Pada
fase awalnya filsafat hanya melahirkan dua ilmu pengetahuan, yakni ilmu alam
(Natural Philosophy) dan ilmu sosial (Moral Philosophy) maka dewasa ini
terdapat lebih dari 650 cabang keilmuan (Suriasumantri, 2005:92). Hal ini,
menurut Ibnu Khaldun disebabkan oleh berkembangnya kebudayaan dan peradaban
manusia.
Selanjutnya, secara garis besar, objek
penyelidikan filsafat adalah segala yang ada dan yang mungkin ada, tidak
terbatas. Inilah yang disebut objek material filsafat. Menurut Suriasumantri
(2005:35), Setiap pembahasan tentang gejala atau objek sesuatu ilmu
pengetahuan, paling sedikit kita akan mempertanyakan 3 hal, pertama, apa
hakikat gejala/objek itu (landasan ontologis). Kedua, bagaimana cara
mendapatkan atau penggarapan gejala/objek itu (landasan epistemologis). Ketiga,
apa manfaat gejala/objek itu (landasan aksiologis).
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Ontologi
Istilah ontology berasal dari bahasa
Yunani, yang terdiri dari dua kata, yaitu ta onta berarti “yang berada”, dan
logi berarti ilmu pengetahuan atau ajaran. Maka ontologi adalah ilmu
pengetahuan atau ajaran tentang keberadaan.
Namun pada dasarnya term ontology
pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M. untuk
menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis. Dalam
perkembanganya Cristian Wolff membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika
umum dan metafisika khusus. Metafisika umum dimaksudkan sebagai istilah lain
dari ontology.
Bidang pembicaraan teori hakikat luas
sekali, segala yang ada yang mungkin ada, yang boleh juga mencakup pengetahuan
dan nilai (yang dicarinya ialah hakikat pengetahuan dan hakikat nilai). Nama
lain untuk teori hakikat ialah teori tentang keadaan. Hakikat ialah realitas,
realiltas ialah kerealan, real artinya kenyataan yang sebenarnya, jadi hakikat
adalah kenyataan yang sebenarnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukan keadaan
sementara atau keadaan yang menipu, bukan keadaan yang meberubah.
Ontology menyelidiki sifat dasar dari
apa yang nyata secara fundamental dan cara yang berbeda dimana entitas
(wujud) dari kategori-kategori yang
logis yang berlainan (objek-objek fisik, hal universal, abstraksi) dapat
dikatakan ada dalam rangka tradisional. ontology dianggap sebagai teori mengenai
prinsip-prinsip umum dari hal ada, sedangkan dalam hal pemakaianya akhir-akhir
ini ontology dipandang sebagai teori mengenai apa yang ada.
Ontology sering diindetikan dengan
metafisika yang juga disebut proto-filsafia atau filsafat yang pertama, atau
filsafat ketuhanan yang bahasanya adalah hakikat sesuatu, keesaan, persekutuan,
sebab akibat, realita, atau Tuhan dengan segala sifatnya. Dengan demikian,
metafisika umum atau ontology adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip
paling dasar atau dalam dari segala sesuatu yang ada.
Para ahli memberikan pendapatnya
tentang realita itu sendiri, diantaranya Bramel. Ia mengatakan bahwa ontology
ialah interpretasi tentang suatu realita dapat bervariasi, misalnya apakah
bentuk dari suatu meja, pasti setiap orang berbeda-beda pendapat mengenai bentuknya,
tetapi jika ditanyakan bahannya pastilah meja itu substansi dengan kualitas
materi, inilah yang dimaksud dari setiap orang bahwa suatu meja itu suatu
realita yang kongkrit. Plato mengatakan jika berada di dua dunia yang kita
lihat dan kita hayati dengan kelima panca indra kita nampaknya cukup nyata atau
real.
Adapun mengenai objek kajian ontology
ialah yang ada, yaitu ada individu, ada umum, ada terbatas, ada tidak terbatas,
ada universal, ada mutlak, termasuk kosmologi dan metafisika dan ada sesudah
kematian maupun sumber segala yang ada. Objek formal ontology adalah hakikat
seluruh realitas, bagi pendekatan kualitif, realitas tranpil dalam kuantitas
atau jumlah, telaahnya menjadi telaah monism, paralerisme atau plurarisme.
B.
Hubungan Ontologi dengan Filsafat Pendidikan
Telah kita ketahui bersama bahwasanya
ontology ialah suatu kajian keilmuan yang berpusat pada pembahasan tentang
hakikat. Ketika ontology dikaitkan dengan filsafat pendidikan, maka akan
munculah suatu hubungan mengenai ontology filsafat pendidikan.
Pendidikan adalah suatu kegiatan yang
sadar akan tujuan. Disini bermakna bahwa adanya pendidikan bermaksud untuk
mencapai tujuan, maka dengan ini tujuan menjadi hal penting dalam
penyelengaraan pendidikan. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan dapat
membawa anak menuju kepada kedewasaan, dewasa baik dari segi jasmani maupun
rohani. Dengan mengetahui makna pendidikan maka makna Ontologi dalam pendidikan
itu sendiri merupakan analisis tentang objek materi dari ilmu pengetahuan. Berisi
mengenai hal-hal yang bersifat empiris serta mempelajari mengenai apa yang
ingin diketahui manusia dan objek apa yang diteliti ilmu. Dasar ontologi
pendidikan adalah objek materi pendidikan dimana sisi yang mengatur seluruh
kegiatan kependidikan. Jadi hubungan ontologi dengan pendidikan menempati
posisi landasan yang terdasar dari fondasi ilmu dimana disitulah teletak
undang-undang dasarnya dunia ilmu.
Di atas telah disebutkan bahwa
Pendidikan ditinjau dari sisi ontology berarti persoalan tentang hakikat
keberadaan pendidikan. Fakta menunjukkan bahwa pendidikan selalu berada dalam
hubungannya dengan eksistensi kehidupan manusia. Tanpa pendidikan, manusia
tidak mungkin bisa menjalankan tugas dan kewajibannya di dalam kehidupan,
pendidikan secara khusus difungsikan untuk menumbuh kembangkan segala potensi
kodrat (bawaan) yang ada dalam diri manusia. Oleh sebab itu, dapat dipahami
bahwa ontology pendidikan berarti pendidikan dalam hubungannya dengan
asal-mula, eksistensi, dan tujuan kehidupan manusia. Tanpa manusia, pendidikan
tak pernah ada.
C. Penerapan Ontologi Filsafat Pendidikan Menurut
Beberapa Aliran
1. Pandangan Ontologi Progressivisme
Asal hereby atau asal keduniawian,
adanya kehidupan realita yang amat luas tidak terbatas, sebab kenyataan alam semesta
adalah kenyataan dalam kehidupan manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian
manusia atau segala sesuatu,pengalaman manusia tentang penderitaan, kesedihan,
kegembiraan, keindahan dan lain-lain adalah realita manusia hidup sampai mati.
Pengalaman adalah suatu sumber evolusi maju setapak demi setapak mulai dari
yang mudah-mudah menerobos kepada yang sulit-sulit (Proses perkembangan yang
lama). Pengalaman adalah perjuangan sebab hidup adalah tindakan dan
perubahan-perubahan. Manusia akan tetap hidup berkembang jika ia mampu
mengatasi perjuangan , perubahan dan berani bertindak.
Aplikasi pandangan ini terhadap
pendidikan adalah pada saat proses pembelajaran agar anak dapat memahami apa
yang dipelajari, mereka harus mengalami secara langsung. Untuk mendapatkan
pengalaman secara langsung anak dapat diajak untuk melakukan berbagai kegiatan
misalnya, eksperimen, pengamatan, diskusi kelompok, observasi, wawancara,
bermain peran dan lain-lain.
2. Pandangan Ontologi Essensialisme
Essensialisme adalah pendiddikan yang
didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban
manusia. Essensialisme memandang bahwa pendidikan berpijak pada nilai-nilai
yang memilikki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kesetabilan dan
nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Sifat yang menonjol dari ontologi
esensialisme adalah suatu konsep bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada
cela, yang mengatur isinya dengan tiada ada pula. Pendapat ini berarti bahwa
bagaimana bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita manusia haruslah disesuaikan
dengan tata alam yang ada. Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk
pribadi bahagia di dunia dan akhirat. Isi pendidikannya mencakup ilmu
pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan kehendak manusia.
Kurikulum sekolah bagi esenisalisme semacam miniatur dunia yang bisa dijadikan
sebagai ukuran kenyataan, kebenaran dan keagungan.
Aplikasinya dalam setiap kegiatan
belajar mengajar guru diselipkan nilai-nilai keagamaan antara lain saat sebelum
dan sesudah pelajaran berlangsung dilakukan berdo’a bersama menurut agama dan
kepercayaan masing-masing.
3. Pandangan Ontologi Perennialisme
Perennialisme memandang pendidikan
sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan sekarang. Perennialisme
memberikan sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktek bagi kebudayaan
dan pendidikan jaman sekarang.
Di zaman kehidupan modern ini banyak
menimbulkan krisis diberbagai bidang kehidupan manusia, terutama dalam bidang
pendidikan. Untuk mengembalikan keadaan krisis ini, maka perenialisme
memberikan jalan keluar yaitu berupa kembali kepada kebudayaan masa lampau yang
dianggap cukup ideal dan teruji ketangguhannya. Untuk itulah pendidikan harus
lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya kepada kebudayaan ideal yang telah
teruji dan tangguh.
Ontologi perennialisme menyatakan
segala yang ada di alam ini terdiri dari materi dan bentuk atau badan dan jiwa
yang disebut dengan substansi, bila dihubungkan dengan manusia maka manusia itu
adalah potensialitas yang didalam hidupnya tidak jarang dikuasai oleh sifat
eksistensi keduniaan tidak jarang pula dimilikkinya akal, perasaan dan
kemauannya semua ini dapat diatasi. Maka dengan suasana ini manusia dapat
bergerak menuju tujuan (teologis) dalam hal ini untuk mendekatkan diri pada
supernatural (tuhan) yang merupakan pencipta manusia itu sendiri dan merupakan
tujuan akhir.
4. Pandangan Ontologi Rekontruksionisme
Dengan ontologi, dapat diterangkan
bagaimana hakikat dari segala sesuatu. Aliran rekonstruksionalisme memandang bahwa
realita itu bersifat universal, yang mana realita itu ada dimana dan sama di
setiap tempat. Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan
dunia merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa. Karenanya pembinaan
kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat akan membina kembali manusia
melalui pendidikan yang tepat atas nilai dan norma yang benar pula demi
generasi sekarang dan generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru
dalam pengawasan umat manusia.
Kaitan aliran ini dengan pendidikan
adalah pendidikan itu tidak diselenggrakan secara terpusat melainkan secara
universal. Mengingat situasi dan kondisi disetiap tempat berbeda-beda. Di sini
setiap sekolah berhak menentukan indicator sesuai dengan situasi, lingkungan, serta
kebutuhan peserta didik
Kewajiban pendidik melalui latar
belakang ontologis ialah membina daya pikir yang tinggi dan kritis. Implikasi
pandangn ontologi di dalam pendiddikan ialah bahwa pengalaman manusia yang
harus memperkaya kepribadian bukanlah hanya alam raya dan isinya dalam arti
sebagai pengalaman sehari-hari, melainkan sesuatu yang tak terbatas.
BAB 3
KESIMPULAN
1)
Ontology adalah
suatu ilmu pengetahuan yang membahas mengenai hakikat dari sesuatu yang ada,
dimana hakikat disini ialah kenyataan yang sebenarnya, keadaan sebenarnya
sesuatu, bukan keadaan sementara atau keadaan yang menipu, bukan keadaan yang
meberubah.
2)
Hubungan antara
ontology dan filsafat pendidikan yaitu dimana ontology menempati posisi
landasan yang terdasar dari fondasi ilmu. Sebagai nilai filosofis dari ilmu itu
sendiri, sehingga pendidikan memiliki memiliki pandangan yang jelas untuk
menciptakan manusia yang sesungguhnya.
3)
Penerapan
ontology filsafat pendidikan diantaranya yaitu:
a. Ontologi Progressivisme
Aplikasi
pandangan ini terhadap pendidikan adalah pada saat proses pembelajaran agar
anak dapat memahami apa yang dipelajari, mereka harus mengalami secara
langsung.
b. Ontologi Essensialisme
Aplikasinya dalam
setiap kegiatan belajar mengajar guru diselipkan nilai-nilai keagamaan antara
lain saat sebelum dan sesudah pelajaran berlangsung dilakukan berdo’a bersama
menurut agama dan kepercayaan masing-masing.
c. Ontologi Perenialisme
Perennialisme
memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan
sekarang. Perennialisme memberikan sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun
praktek bagi kebudayaan dan pendidikan jaman sekarang.
d. Ontologi Rekontruksionisme
Implikasi pandangn ontologi di dalam
pendiddikan ialah bahwa pengalaman manusia yang harus memperkaya kepribadian
bukanlah hanya alam raya dan isinya dalam arti sebagai pengalaman sehari-hari,
melainkan sesuatu yang tak terbatas.
BAB 4
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdullah Idi, Jalaluddin. 1997. Filsafat
Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama.
2. Susanto. A. 2001. Filsafat Ilmu.
Jakarta: Bumi Aksara.
3. Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat Suatu
Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara.
4. Tafsir, Ahmad. 2003. Filsafat Umum.
Bandung: Remaja Rosdakarya.